Minggu, 24 Juni 2012

Islam Rahmatan Lil Alamin atau Lil Muslimin?


Dari kata Islam Rahmatan Lil Alamin, sekilas tersirat makna bahwa Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi seluruh alam turun melalui diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan membawa ajaran Agama Islam sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya.       
Masuknya Islam telah membawa perubahan terhadap keadaan bumi, yang sebelumnya amat buruk dan penuh dengan kedzaliman.
Manusia yang hidup di masa sebelumnya amat buruk dan penuh dengan kedzaliman. Manusia yang hidup di masa sebelum datangnya Islam,  tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan keadilan. Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia yang mempunyai akal, sebagaimana yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk berfikir dan merenungkan karunia serta nikmat-Nya. Melainkan akal mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu.
            Hadirnya Islam di dunia, telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Karena Islam memerintahkankan untuk menggunakan kekuatan intelegensinya dengan tetap memperhatikan nilai-nilai luhur agama Islam.

Islam agama Rahmatan Lil ‘Alamin ataukah Lil Muslimin?
“Islam hanyalah sebuah nama. Islam merupakan benda mati, supaya bisa hidup maka harus ada yang menghidupkannya, yaitu Nabi Muhammad. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’ :107
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
Yang artinya Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam’. Jadi tidak akan ada rahmat di dunia ini tanpa diutusnya Nabi Muhammad ke muka bumi”. Tegas Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc. MA selaku pengasuh Ma’had Walisongo Semarang.
            Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim, “Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya.
            Dari perspektif diatas apakah dapat dikatakan bahwa Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin ataukah rahmatan lil muslimin?
            Menurut Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Sekertaris Komisi Fatwa MUI Jawa Tengah ini, bahwasanya dalam Islam tidak ada diskriminasi antara kaum muslim dan non-muslim. Dalam urusan muamalah pun mereka memiliki kesamaan dengan umat muslim.
            Rahmat bagi seluruh alam bukanlah terbatas bagi yang seagama saja, melainkan diperuntukan  secara universal bagi umat di seluruh alam. Allah memberikan jalan kepada manusia untuk menentukan hidupnya, karena telah dibekali dengan akal. Kalaupun Allah menghendaki, maka bisa saja dunia ini diisi dengan satu kaum, yaitu muslim. Namun Allah tidak menghendakinya, dikarenakan agar manusia berpikir dan berlomba-lomaba untuk memilih menuju jalan kebajikan.
            Sebagaiman dalam firman Allah SWT:
لِكُلِّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَ مِنْهَا جَا وَلَوْشَاءَ الله لَجَعَلَكُمْ أمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوْ كُمْ فِيْ مَا أتَا كُمْ فَاسْتَبِقُوْا الخَيْرَاتِ إلى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ
Artinya: “Setiap umat Kami berikan syariat dan cara hidup. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
          Dewasa ini terorisme kerap kali terjadi di Indonesia yang dilatarbelakangi oleh perspektif agama, terlebih Islam. Tetapi, Dosen pasca sarjana ini membantah ketika disinggung tentang masalah tersebut. Lebih lanjut pria yang menempuh pendidikan S1 hingga S3 nya di Universitas Al-Azhar Kairo ini menuturkan “terjadinya terorisme tidak  karena agamanya yang salah, namun karena adanya oknum yang tidak mengamalkan Islam secara kaffah. Sehingga mereka menjadi orang-orang yang radikal. Orang yang memahami Islam secara utuh tidak mungkin radikal”.
Bukti Islam Rahmatan Lil Alamin
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa Islam Rahmatan Lil Alamin adalah agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Dengan diturunkannya QS. Al-Anfal :33, yang artinya,”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan memberikan azab di dunia bagi umat nabi Muhammad, melainkan ditunggu hingga datangnya hari kiamat. Dan hal tersebut merupakan bentuk rahmat di dunia bagi umat nabi Muhammad. Berbeda halnya dengan umat-umat Nabi terdahulu, bila ada yang kafir atau maksiat, maka atas perintah Allah langsung diturunkan azab. Seperti hujan batu, banjir, atau angin topan dana lain-lain.
Jadi telah jelaslah dari pembahasan diatas bahwa Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin dan tidak ada pembedaan antara muslim dan non muslim atas rahmat dunia. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat ammah kulla syai’ meliputi segala hal, sehingga orang-orang non-muslim pun mendapatkan ke-rahman-an di dunia. Islam merupakan agama yang pluralis, karena Islam mengakui keberadaan semua bangsa, mengakui seluruh lapisan masyarakat, dan Islam juga mengakui semua agama. Dengan adanya kesadaran untuk menghargai pluralisme merupakan bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
            Lebih lanjut Ketua 1-4 (Ikatan Ilmuan Indonesia Internasional) wilayah Timteng dan Afrika ini menyatakan, bahwa Islam yang benar adalah islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini memang benar, tetapi supaya Islam itu sholihun likulli zaman wal makan maka Islam itu harus ditampilkan seperti air jangan seperti kotak ataupun  peti. Karena apabila Islam ditampilkan seperti kotak maka ia akan keras dan tidak bisa masuk ke semua tempat, sehingga islam menjadi kaku, hanya cocok pada sebuah tempat, akhirnya ketinggalan zaman atau tidak bisa menyesuaikan dengan tempat dan keadaan. Sedangkan apabila Islam ditampilkan seperti air maka ia akan dinamis, tetap menjadi air sekalipun pindah-pindah tempat dan berbeda waktunya. Dengan demikian , persis dengan slogan sholihun likulli zaman wal makan, sehingga Islam akan eksis di seluruh tempat dan di seluruh waktu. Itulah Agama Islam yang rahmatan lil’alamin.

 Lap. Wachidatun Ni’mah,
Ana Rizqi Saputry, Nurul Khasanah


Buletin "SUARA MA'HAD" IAIN Walisongo/ Laporan Utama/ Edisi ke-4/ Juni 2012

1 komentar:

saifurroyya mengatakan...

Artikel yang menarik dan mendidik...