Dari kata Islam Rahmatan
Lil Alamin, sekilas tersirat makna bahwa
Islam merupakan agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi
seluruh alam turun melalui diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan
membawa ajaran Agama Islam sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya.
Masuknya Islam telah membawa perubahan terhadap
keadaan bumi, yang sebelumnya amat buruk dan penuh dengan kedzaliman.
Manusia yang hidup di masa sebelumnya amat buruk dan penuh dengan kedzaliman. Manusia yang hidup di masa sebelum datangnya Islam, tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan keadilan. Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia yang mempunyai akal, sebagaimana yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk berfikir dan merenungkan karunia serta nikmat-Nya. Melainkan akal mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu.
Manusia yang hidup di masa sebelumnya amat buruk dan penuh dengan kedzaliman. Manusia yang hidup di masa sebelum datangnya Islam, tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan keadilan. Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia yang mempunyai akal, sebagaimana yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk berfikir dan merenungkan karunia serta nikmat-Nya. Melainkan akal mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu.
Hadirnya Islam di dunia, telah membawa perubahan besar dalam kehidupan
manusia. Terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Karena Islam memerintahkankan untuk menggunakan kekuatan intelegensinya dengan
tetap memperhatikan nilai-nilai luhur agama Islam.
Islam
agama Rahmatan Lil ‘Alamin ataukah Lil Muslimin?
“Islam hanyalah
sebuah nama. Islam merupakan benda mati, supaya bisa hidup maka harus ada
yang menghidupkannya, yaitu Nabi Muhammad. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
Al-Anbiya’ :107
وَما
أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
Yang artinya ‘Kami
tidak mengutus engkau, wahai
Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam’. Jadi tidak akan ada rahmat di dunia ini tanpa diutusnya Nabi Muhammad ke
muka bumi”. Tegas Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Lc. MA selaku pengasuh Ma’had
Walisongo Semarang.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
dalam Tafsir
Ibnul Qayyim, “Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini
adalah bahwa rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua
penafsiran:
Pertama: Alam
semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih
kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Kedua: Islam
adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini
dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya.
Dari perspektif diatas apakah dapat
dikatakan bahwa Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin ataukah rahmatan
lil muslimin?
Menurut Dr. KH. Fadlolan Musyaffa’, Sekertaris
Komisi Fatwa MUI Jawa Tengah ini, bahwasanya dalam Islam tidak ada diskriminasi
antara kaum muslim dan non-muslim. Dalam urusan muamalah pun mereka memiliki
kesamaan dengan umat muslim.
Rahmat bagi seluruh alam bukanlah
terbatas bagi yang seagama saja, melainkan diperuntukan secara universal bagi umat di seluruh alam. Allah
memberikan jalan kepada manusia untuk menentukan hidupnya, karena telah dibekali dengan akal. Kalaupun Allah menghendaki, maka bisa saja dunia ini diisi dengan satu kaum, yaitu muslim. Namun Allah tidak menghendakinya, dikarenakan agar manusia berpikir dan berlomba-lomaba untuk memilih menuju jalan
kebajikan.
Sebagaiman dalam firman Allah SWT:
لِكُلِّ
جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَ مِنْهَا جَا وَلَوْشَاءَ الله لَجَعَلَكُمْ أمَّةً
وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوْ كُمْ فِيْ مَا أتَا كُمْ فَاسْتَبِقُوْا الخَيْرَاتِ
إلى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ
تَخْتَلِفُوْنَ
Artinya: “Setiap umat Kami berikan syariat dan cara hidup. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Dewasa
ini terorisme kerap kali terjadi di Indonesia yang dilatarbelakangi oleh
perspektif agama, terlebih Islam. Tetapi, Dosen pasca sarjana ini membantah
ketika disinggung tentang masalah tersebut. Lebih lanjut pria yang menempuh
pendidikan S1 hingga S3 nya di Universitas Al-Azhar Kairo ini menuturkan “terjadinya
terorisme tidak karena agamanya yang
salah, namun karena adanya oknum yang tidak mengamalkan Islam secara kaffah.
Sehingga mereka menjadi orang-orang yang radikal. Orang yang memahami Islam secara
utuh tidak mungkin radikal”.
Bukti Islam
Rahmatan Lil Alamin
Sebagaimana
yang telah disebutkan diatas bahwa Islam Rahmatan Lil Alamin adalah
agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Dengan diturunkannya QS.
Al-Anfal :33, yang artinya,”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab
mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula)
Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”.
Ayat
tersebut menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan memberikan azab di dunia bagi
umat nabi Muhammad, melainkan ditunggu hingga datangnya hari kiamat. Dan hal
tersebut merupakan bentuk rahmat di dunia bagi umat nabi Muhammad.
Berbeda halnya dengan umat-umat Nabi terdahulu, bila ada yang kafir atau
maksiat, maka atas perintah Allah langsung diturunkan azab. Seperti hujan batu,
banjir, atau angin topan dana lain-lain.
Jadi
telah jelaslah dari pembahasan diatas bahwa Islam merupakan agama yang rahmatan
lil alamin dan tidak ada pembedaan antara muslim dan non muslim atas rahmat
dunia. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat ammah kulla syai’
meliputi segala hal, sehingga orang-orang non-muslim pun mendapatkan ke-rahman-an
di dunia. Islam merupakan agama yang pluralis, karena Islam mengakui keberadaan
semua bangsa, mengakui seluruh lapisan masyarakat, dan Islam juga mengakui
semua agama. Dengan adanya kesadaran untuk menghargai pluralisme merupakan
bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
Lebih lanjut Ketua 1-4 (Ikatan
Ilmuan Indonesia Internasional) wilayah Timteng dan Afrika ini menyatakan,
bahwa Islam yang benar adalah islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini
memang benar, tetapi supaya Islam itu sholihun likulli zaman wal makan
maka Islam itu harus ditampilkan seperti air jangan seperti kotak ataupun peti. Karena apabila Islam ditampilkan seperti
kotak maka ia akan keras dan tidak bisa masuk ke semua tempat, sehingga
islam menjadi kaku, hanya cocok pada sebuah tempat, akhirnya ketinggalan zaman
atau tidak bisa menyesuaikan dengan tempat dan keadaan. Sedangkan apabila Islam
ditampilkan seperti air maka ia akan dinamis, tetap menjadi air sekalipun
pindah-pindah tempat dan berbeda waktunya. Dengan demikian , persis dengan
slogan sholihun likulli zaman wal makan, sehingga Islam akan eksis di
seluruh tempat dan di seluruh waktu. Itulah Agama Islam yang rahmatan
lil’alamin.
Lap. Wachidatun Ni’mah,
Ana Rizqi Saputry, Nurul
Khasanah
Buletin "SUARA MA'HAD" IAIN Walisongo/ Laporan Utama/ Edisi ke-4/ Juni 2012
1 komentar:
Artikel yang menarik dan mendidik...
Posting Komentar